Rabu, 01 Desember 2010

..perjalanan hati.. :)

Malam ini, saya tidak berniat menulis di sini. Saya hanya iseng mengetikkan nama di google dan menemukannya, rumah yang lama tidak saya kunjungi. Dan ternyata, saya rindu pulang.
Pertama kali rumah ini didirikan, saya ingin menjadikannya tempat berbagi cerita tentang aktivitas jalan-jalan. Aktifitas yang sangat saya sukai dan sepertinya menjadi aktifitas utama di masa kuliah dulu hahaha. Sesederhana itulah alasan saya menamakannya "jalan-jalan".
Ngomong-ngomong soal jalan-jalan, enam bulan ini saya banyak jalan-jalan ke berbagai tempat yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya. Malah, setelah dua puluh dua tahun hidup di dunia, baru di bulan-bulan inilah saya berkesempatan naik pesawat terbang hehehe, norak ya.
Kali ini, saya juga akan menulis soal jalan-jalan. Tapi ini jalan-jalan yang berbeda.Seperti judul di atas, ini kisah perjalanan hati.
Hmmm, sesulit mengenal hati sendiri, saya pun kesulitan memulai kisah ini.Karena tidak menemukan kalimat berita yang sesuai, izinkan saya memulainya dengan pertanyaan. Pertanyaan yang agak norak. Pernah jatuh cinta? Aduh, terlalu norak ya. Ganti aja deh. Menurutmu, seharusnya cinta itu gimana? Heu, tetap norak tapi biarlah.
Menurut saya, seharusnya cinta itu tumbuh dan butuh waktu. Seharusnya, cinta ada karena mengenal. Setidaknya sampai beberapa bulan yang lalu, saya masih berpikir beitu. Sampai beberapa bulan yang lalu, saya masih menertawakan cinta yang impulsif. Hingga kemudian, saya menertawakan diri sendiri. Saya mengalami cinta yang impulsif seimpulsif-impulsifnya. Dan kalau ditanya bagaimana kondisi saya saat ini, masih proses penyembuhan patah hati hehe.
Tetapi semua ini mengingatkan saya pada sesuatu, sebuah buku. Beberapa tahun lalu, saya membeli sebuah buku berjudul Yusuf dan Zulaikha. Alasan saya membelinya sederhana saja, sejak kecil saya penasaran kenapa akhirnya Yusuf menikah dengan Zulaikha hehe. Tetapi yang akan saya bagi di sini adalah prolog pada buku itu. Pada satu bagian prolog, ada sebuah kisah pendek. Kisah tentang perjalanan, hati, dan cinta.
Suatu ketika di suatu tempat, hiduplah seorang pemuda yang ingin meningkatkan keimanannya. Maka, didatanginya seorang pria tua bijaksana dan bertanya bolehkah ia menjadi muridnya. Pria tua itu tak begitu saja menjawab, tapi justru bertanya.
"Pernahkah kau jatuh cinta?" ujar pria tua itu dengan raut muka tercerahkan, bijak, tenang, dan jauh dari kesan norak.
Sang pemuda, menjawab singkat, "Belum."
Pria tua pun berkata, " Pergilah dan jatuh cintalah."
Ya, itulah yang dikatakan sang pria tua bijaksana pada pemuda yang ingin menjadi muridnya. Ia menyuruhnya jatuh cinta terlebih dahulu.
Kau tak akan pernah merasakan nikmatnya anggur dari cawan keimanan, sebelum kau jatuh cinta. Maka, jatuh cintalah. Tetapi jangan biarkan dirimu terlalu lama terlena dalam "cinta" itu. Setelah kau tahu rasanya jatuh cinta, raihlah cinta yang lebih tinggi. Hingga suatu saat kau akan mengerti perasaan Ibrahim ketika berkata, "Aku tak mencintai ia yang tenggelam." Kau akan berpaling pada cinta yang abadi.
Selanjutnya, kau akan tahu mengapa mantra Ibrahim saat anak buah Namrud membakar tubuhnya adalah mantra yang begitu ampuh. Itulah mantra cinta yang abadi. Hasbiyallah wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’mannashiir.
Dari Ibrahim ,marilah kita berbicara tentang Adam. Sebulan yang lalu, ibu saya menceritakan sebuah kisah tentang manusia pertama tersebut. Tentang pertemuan Adam dan Hawa di Jabal Rahmah.
Taukah kau doa Adam selama seratus tahun terpisah dari Hawa? Bukan doa meminta dipertemukan tetapi doa minta amnpun. Doa yang lahir karena tahu dirinya berdosa.
"Dan di malam pertama pertemuannya dengan Hawa, Adam terbangun dari tidurnya. Ada gelisah yang membangunkan kesadarannnya. Gelisah yang tak hilang walaupun Hawa kini kembali menemaninya. Gelisah karena rasa berdosa. Maka dengan bercucuran air mata, ia kembali mengucapkan doa itu," begitu ibu saya bercerita.
Doa itu, doa Adam, ternyata adalah lantunan kalimat yang sering saya dengar dari towa-towa masjid di kampung tempat empat tahun pertama hidup saya. Lantunan yang selalu saya sukai. Saya baru tahu, ternyata itu doa Adam. Maka lantunan itu pun kembali terngiang dalam ingatan saya.
Rabbana ya rabbana... dzolamna anfusana... waillam taghfirlana... watarhamna lanakuunanna minal khasirin...
Ya Allah, Tuhan kami, sungguh kami telah menganiaya diri kami sendiri. Dan apabila Engkau tidak mengampuni serta menyayangi kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi…
Dan setelah doa-doa itu, saya teringat satu lagi percakapan dengan ibu saya. Teringat ketika wanita itu berkata, "Banyak-banyaklah mengingat Allah agar menjadi pemenang."
Sungguh, cukup sudah "jatuh cinta" ini. Saya akan meninggalkannya dengan penuh rasa syukur atas kesempatan mengalaminya.
Thanks, Allah :)

2 komentar:

  1. Assalamu'alaikum!

    Apa kabar Yu?
    Adeuh, ada yang lagi jatuh cinta nih! :)
    Teruskan menulis, Yu! Tulisanmu bagus! :)

    BalasHapus
  2. oh my God, gw pikir ga ada yg baca blog ini selain ikhwan alim hahaha.. jd malu :) alhamdulillah kabar baik fi, salam ya buat ega, kangeeeen.. pengen liat anak kalian :)

    BalasHapus