Rabu, 08 Juni 2011

..semoga..


bermula dari menerka rasa. melempar tanya. mengulas makna.

lalu kuusir curiga. kubuang bayang jingga. kugenggam biru saja.

karena menyayangi. adalah mencoba memahami. mengerti. menghargai.

karena mengingat kamu. adalah mengingat beribu tunggu. berjuta rindu. bertumpuk haru.

maka aku tak berhenti perhatikan. kamu yang selalu mendengarkan. menenangkan. menguatkan.

dan kurapal doa-doa. dan kupintal benang-benang pinta. dan kumohonkan tentang kita.

semoga. ada. suatu masa. yang kita pinta. bersama.

semoga.

Sabtu, 30 April 2011

..and we're all change..

Berawal dari ribetnya proses registrasi untuk meliput suatu acara, kemarin saya menggeledah sent item demi mencari suatu file. Alhamdulillah, file yang dicari berhasil ditemukan. Alhamdulillah lagi, saya juga jadi menemukan "yang lain-lain". Kenapa alhamdulillah? Karena saya jadi instrospeksi :)



Awalnya tersenyum sendiri melihat deretan kata-kata dalam email-email "yang lain-lain" itu. Lalu jadi mikir, saya teh dulu gitu ya? Hmmm, begitu banyak hal yang terlupa. Bahkan kadang lupa, diri sendiri dulu seperti apa. Dan setelah diingatkan, perubahan-perubahan jadi semakin nyata terlihat.



Nggak puas baca email-email lawas, saya geledah tulisan-tulisan di blog yang masih "terselamatkan", note FB (termasuk yang sangat nggak penting :p), dan... FS. Lalu, menemukan komentar seorang sahabat yang sekarang entah dimana dan seperti apa. Seorang sahabat yang pasti berubah seperti saya juga berubah.



time is always "something"..

And we're all change



but I'm sure, you're one of my best fren..

no matter how long it's been

no matter how far we change



b'cuz everything will always changes, except the change itself...



uhibbuki fillah, lillah, billah





:)

Rabu, 20 April 2011

..doaku bersamamu, kawan..

Pagi ini, seorang kawan saya kembali menelepon. Seperti biasa, diawali dengan pertanyaan, “Lagi sibuk nggak, Yu?” Alhamdulillah, saya sedang tidak sibuk berhubung seminggu ini piket malam (ada hikmahnya juga :))

Ada yang berbeda dari nada suaranya. Bukan nada antusias seperti saat dua hari yang lalu dia menelepon. Bukan nada bahagia seperti saat terakhir kali dia bercerita tentang kangmasnya. Dan bukan sekedar nada cemas seperti saat dia bicara soal ujian apotekernya.

Ada segurat kesedihan di Cisitu sana yang terasa sampai ke Kebon Sirih. Dan perasaan saya jadi ikut tak menentu mendengar ceritanya kali ini. Mendadak, saya ingin bisa terbang. Mendarat di Cisitu Indah dan benar-benar berada di sampingnya saat dia menangis.

Lagi-lagi, Cuma bisa mendoakan dari kejauhan. Cuma bisa menyemangati dari kejauhan.Cuma bisa memberi pelukan imajiner :(

Sabar ya, kawan. Tidak ada amal baik yang sia-sia. Allah mengetahui setiap ikhtiarmu untuk menjadi hambanya yang lebih baik dari hari ke hari. Dan tolong, berhentilah khawatir. Berhentilah berkata, “Gue nggak sanggup.” Doaku bersamamu, selalu.

Semoga kita bisa bertahan saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran. Amin.

Sabtu, 09 April 2011

*krisis percaya diri*

Ada saat ketika saya tak kuasa menghibur diri sendiri, apalagi menghibur orang lain..

Ada saat ketika otak saya dipenuhi tanya dan hati saya dipenuhi rasa..

Ada saat ketika airmata saya tak berhenti mengalir..

Ada saat ketika saya sulit menjawab pertanyaan mengapa..

Ada saat ketika saya takut..

Sabtu, 26 Maret 2011

..cokelat dan kuning..

Sore, dunia. Selamat berjumpa kembali dengan saya. Mohon berkenan mendengarkan cerita. Karena saya sedang ingin bermain kata. Dan rasa tak lagi cukup tertuang. Dalam tangis maupun tawa.

Entah kenapa, saya belum ingin beranjak dari kursi ini. Dari layar komputer ini. Dari kantor ini. Ya ya ya, aneh memang, saya yang biasanya nggak betah lama-lama di kantor, kok sore ini belum juga ingin beranjak pergi. Masih ingin ketak ketik. Tentunya bukan ketak ketik berita, tapi ketak ketik curahan hati ini. Cukup sudah tulisan saya tentang RUU intelijen hari ini. Cukup juga tentang isu kudeta di negeri ini. Saya ingin bernarsis ria sambil tralala trilili.

Mari kita mulai bicara tentang warna kerudung saya hari ini. Cokelat. Warna baju saya. Cokelat juga. Warna celana saya. Hehe, lagi-lagi cokelat. Warna sepatu (baru) saya. Cokelat, mamen. Warna tas saya. Eh eh eh, cokelat juga loh bo. Maka, saya teringat jaman kuliah dulu, dimana seorang teman saya dengan mudahnya menebak, "Kamu suka warna cokelat ya?" Tak perlu menjawab dengan kata, cukup haha hehe sambil mengangguk semangat.

Iyaaaa, jadi ceritanya, sore ini saya mau cerita kalau saya suka (warna) cokelat, selain juga suka (permen) cokelat, suka (cake) cokelat, dan (sangat) suka es krim cokelat. Gimana? Penting banget kan cerita saya? Aw, aw, aw, saya memang selaaaaaalu penting :)

Jadi, sebenarnya, jaman dahulu kala, cokelat itu warna kesukaan kanjeng ratu alias ibu saya. Lalu, ketika sang kanjeng ratu melahirkan seorang putri nan manis, melankolis, dan (terkadang) ceriwis, ditularkannyalah semangat mencintai warna cokelat. Bisa dibilang, semacam cuci otak. *ya, saya memang sedang lebay, bodo amat apa kata dunia*

Sang kanjeng ratu (sangat) sering membelikan barang berwarna cokelat untuk puteri (manis)nya. Sebenarnya, dulu sang puteri sempet kesel juga, maka ia menggerutu, "Sebenarnya ibu saya pengen beli baju untuk dirinya sendiri atau untuk anaknyaaaaa? Kenapa yang dijadikan pertimbangan dalam membeli barang adalah warna kesukaannyaaaaaaa? Padahal kan warna kesukaan saya warna merah, bukan cokelaaaaat!!"

Pernah suatu ketika, di saat sang puteri berusia 11 tahun dan (sangat) tergila-gila dengan aktivitas yang bernama renang, sang ratu membelikan baju (yang lagi-lagi) berwarna cokelat. Dan dengan suksesnya, baju itu membuat sang puteri yang saat itu kusam, kumal, selain juga kurus menjadi semaaaaaaakin kusam (tapi tetap manis). Selalu warna itu. Cokelat. Dan entah sejak kapan, sang puteri jadi suka cokelat juga. Untungnya, kali ini sang puteri tidak lagi terlalu kusam (menurut dirinya sendiri).

Dan sore ini, sang puteri yang memang selalu iseng dan penasaran dengan hal-hal yang nggak penting, jadi ingin tahu arti warna cokelat. Yuk mari mengintip hasilnya:

Arti Warna Cokelat
Merupakan warna netral yang natural, hangat, membumi dan stabil, menghadirkan kenyamanan, memberi kesan anggun dan elegan. Dapat memberi keyakinan dan rasa aman, warna yang akrab dan menenangkan, bisa mendorong komitmen, namun bisa menjadi berat dan kaku bila terlalu banyak.


Yuk, intip lagi..
Warna cokelat adalah warna yang kesannya paling dekat dengan bumi sehingga membuat kita merasa dekat. Cokelat bisa menjadi sumber energi yang konstan, serta membuat kita merasa kuat. Warna ini mewakili rasa aman, komitmen dan kepercayaan. Coklat juga memberikan rasa hangat dan nyaman.Respon Psikologi: Tanah/Bumi, Reliability, Comfort, Daya Tahan.


Dan lagi..
Cokelat melambangkan kekuatan, energi, kehangatan, cinta,Tanah/Bumi, Reliability, Comfort, Daya Tahan. Warna ini seringkali menunjukan ciri-ciri : suka merebut, tidak suka memberi hati, kurang toleran, pesimis terhadap kesejahteraan dan kebahagian masa depan.

Yap, itu dia tentang cokelat, si warna yang sisi buruknya adalah agak muram dan kaku. Tapi tahukah anda bahwasanya saya punya satu lagi warna favorit? Dan warna itu adalah.. kuning. Sedikit bocoran, ranger kesukaan saya adalah ranger kuning alias trini, semoga informasi ini berguna :D oiya, satu bocoran lagi, salah satu bunga favorit saya adalah bunga matahari, si bunga berwarna kuning yang menurut teman saya memiliki makna, "aku akan selalu menunggumu.." *aih, aih, so sweet :)

Maka, next destination: kuning :)

Adalah warna matahari, cerah, membangkitkan energi dan mood, warna yang penuh semangat dan vitalitas, komunikatif dan mendorong ekspresi diri, memberi insprirasi, memudahkan pikiran secara logis dan merangsang kemampuan intelektual


Warna ini melambangkan kegembiraan dan warna kehidupan. Optimis, Harapan, Filosofi, Ketidak jujuran, Pengecut (untuk budaya Barat), pengkhianatan. Juga Melambangkan warna matahari terbit. Karena warna ini juga sangat bersemangat, sehingga efeknya kita mudah lelah juga kalo terlalu didominasi warna ini. Warna ini mempunyai sifat : Leluasa dan santai, senang menunda-nunda masalah. Berubah- ubah tapi penuh harapan,mempunyai cita-cita setinggi langit dan semangatnya juga tinggi.


Muda, gembira, imajinasi. Warna kuning akan meningkatkan konsentrasi, itu sebabnya warna ini dipakai untuk kertas legal atau post it. Kuning juga merupakan warna persahabatan.


Maka, saya suka cokelat yang muram, juga kuning yang semangat. Saya suka cokelat yang pesimis, juga kuning yang penuh harapan. Saya suka cokelat yang berarti komitmen, juga kuning yang berarti pengkhianatan. Saya suka cokelat yang stabil, juga kuning yang berubah-ubah. Oh, apakah gerangan makna semua ini? Ya, ya, ya, saya memang penuh kontradiksi. Tapi, mari kita lihat sisi positifnya, saya berada dalam harmoni, amin :)

Sekian dulu, semoga hari-hari kita selalu diwarnai semangat, sesemangat bunga matahari yang tak berhenti menunggu sambil tersenyum. Sesemangat mereka yang sedang jatuh cinta *menurut salah satu novel yang saya baca, kuning adalah warna aura orang yang jatuh cinta, novel kesukaan saya itu berjudul Tabularasa :)

Dan semoga kita selalu dikaruniai ketenangan dan kerendahan hati. Seperti pesan sang tanah. Cokelat.

*udah ah narsisnya, malu. saatnya pulaaaaaang :D

Selasa, 08 Maret 2011

..rindu, seperti selalu..

Tuhanku
tunjukkan aku selalu
jalan yang Kau restui tanpa ragu

dan tuntun aku hingga kumampu
mengantar rindu
dengan cara yang syahdu

serupa ombak berdebur
penuh syukur

Minggu, 06 Maret 2011

..ingatan..

Teringat obrolan saya dengan seorang teman, suatu siang 3 tahun yang lalu. Tentang impian. Tentang kehidupan yang didambakan. Tentang pemaknaan atas hidup. Tentang menulis.

Teringat bagaimana saya melalui hari-hari 3 tahun yang lalu. Bagaimana setiap hal saya maknai. Dan betapa tak pernah ada hal kecil. Tak pernah ada yang tak layak dimaknai.

Teringat kata-kata sang teman 7 bulan yang lalu, ''Keep writing and i will read it.''

Ayo Ayu, menulis. Ayo ayu, jangan berhenti memaknai.

Bismillah.

Rabu, 02 Maret 2011

Mengartikanmu

Kamu adalah sinar yang mengerling
setelah hening
dan aku tak bergeming

Kamu sejuk yang nyaman dan tak asing
bukan hujan yang bising
bukan pula kemarau kering

Kamu satu-satunya denting
yang penting

Kucintai bersama hening

Selasa, 22 Februari 2011

Pagi

Pagi
kita bertemu lagi dalam imaji
sekat-sekat ruang hati
dimana engkau mengemas mimpi

Pagi
untukmu kukirimkan wangi
dari aroma melati
yang bersiap menantang hari

Pagi
masih akan ada pagi
saat dimana aku menjumpai
engkau pergi, engkau kembali

Pagi
jangan terlalu lama pergi

Hati-hati

_suatu pagi di Februari_

Selasa, 01 Februari 2011

pernikahan?

Tulisan ini adalah realisasi rentetan rencana yang tertunda. Semula, saya berencana meninggalkan satu coretan di dinding rumah ini pada akhir tahun 2010. Semacam refleksi yang lalu begitu saja terlewati. Rencana pun saya perbarui dengan rencana baru: meninggalkan satu coretan di bulan pertama 2011, Januari. Namun kemudian, Januari pergi dan saya hanya terdiam memandangi. Lalu tibalah saya pada satu dini hari yang hening, 2 Februari. Ketika saya sangat ingin menuliskan sesuatu dan keinginan itu menemukan wadahnya yakni waktu dan energi.
Dini hari ini, saya sangat ingin menulis tentang pernikahan. Mungkin ini efek membaca blog seorang teman dua hari yang lalu. Mungkin ini efek pernikahan dua sahabat saya dua minggu lagi di dua kota yang berbeda. Mungkin juga ini efek rencana pernikahan dua sahabat saya yang lain lagi pada semester kedua 2011. Kemungkinan lainnya, ini karena saya berada di 2011 dan semua orang membicarakan pernikahan, bahkan angin pun menghembuskan hal yang sama (berhiperbola :p).
Lima tahun yang lalu, di antara rentetan buku-buku bekas di Palasari, saya dan seorang sahabat membicarakan hal itu. Atau lebih tepatnya, memperdebatkannya. Pernikahan.
Lima tahun yang lalu, saya bertanya pada banyak teman. Pada mentor. Pada orang tua. Dan pada rumput yang bergoyang (sindrom kangen lagu-lagu Ebiet :p). Tentang hal itu. Pernikahan.
Lima tahun yang lalu, saya menolak hal itu. Pernikahan.
Lima tahun yang lalu, saya merasa itu tak perlu. Pernikahan.
Lalu, lima tahun setelah lima tahun yang lalu. Pada suatu dini hari, 2 februari. Di sebuah kamar kosan di Salemba (mohon disimak baik-baik, kamar kosan, bukan kamar rutan :p), saya tertawa menelusuri kenangan.
Pernikahan adalah ibadah. Bukti cinta dan keyakinan padaNya. Karena tak satu pun aturan Ia buat untuk mempersulit makhlukNya. Karena ia sangat mengenal makhluk yang diciptakanNya. Karena jalan yang ditunjukkanNya adalah kebaikan. Sesederhana itu, seindah itu, alasan dan jawaban atas setiap pertanyaan saya.
Maka, semoga Allah kuatkan langkah kami dalam menjemput takdir yang indah. Semoga kami selalu ingat, setiap kesulitan adalah ujian. Semoga kami dikaruniai kesabaran tak terbatas untuk mengerti, jalan ini bukan jalan sendiri maka setiap hal harus kami bagi. Dan semoga ketika kelak pernikahan itu terwujud, kami tak lupa alasan kami memulainya.
Dua hari yang lalu, salah seorang teman saya (yang berencana untuk menikah dalam waktu dekat) bertanya, ''Lo udah siap nikah, Yu?'' dan saya menjawab, ''Mempersiapkan diri.''
Mungkin persiapan ini tak pernah sempurna. Mungkin akan selalu ada yang kurang. Dan rasanya, akan ada banyak hal tak terduga yang datang menyapa. Tapi adalah suatu kepastian, Allah mengaruniai hambaNya kemampuan menjalani setiap takdirNya.
Pagi ini, saya berdoa untuk mereka. Sahabat-sahabat saya yang bersiap menjemput takdir terindah bersama lelaki yang mereka yakini akan menjadi nahkoda yang baik, yang akan selalu mereka banggakan sebagai ayah dari anak-anak mereka kelak.
''Teguhkanlah, ya Allah, ikatannya. Kekalkanlah cinta kasihnya. Tunjukilah jalan-jalannya. Dan penuhilah hati-hati tersebut dengan cahayaMu yang tidak pernah hilang.'' :)
_ditulis pada 2 Februari, dari dini hari sampai pagi dengan diselingi tidur nyenyak :p_