Sabtu, 11 Juli 2009

Berkaca Dari Kematian Michael Jackson: Hati-Hati Gunakan Psikofarmaka

Telah dua pekan, dunia berduka atas kematian Michael Jackson. Lebih dari sekedar King of Pop, Jackson telah menginspirasi dunia lewat lagu-lagunya yang bertemakan kemanusiaan, seperti “Heal The World” dan “Black or White”. Ditambah lagi, perhatian dan sumbangsih Jackson bagi organisasi-organisasi kemanusiaan di berbagai negara pun tidak diragukan. Maka wajar, jika kemudian kematiannya menyentak banyak hati, terutama para penggemarnya. Sebuah pertanyaan pun menyeruak, “Ada apa di balik kematian Michael Jackson?”.

Hingga kini, penyebab kematian Jackson masih menjadi misteri. Jaringan TV Fox pada Minggu petang 28 Juni yang lalu, mengabarkan bahwa Jackson meninggal karena henti jantung (cardiac arrest), diduga akibat meminum sekaligus tujuh jenis obat-obat keras yang harus diresepkan dokter. Tiga di antaranya adalah narkotik analgetik, sedangkan empat lainnya masuk kategori antidepresan, antitukak lambung, relaksan otot, dan sedatif.

Dari sejumlah obat-obatan tersebut, antidepresan diketahui memiliki efek samping gangguan kardiovaskular. Pada dosis berlebih, antidepresan golongan trisiklik dapat menyebabkan gangguan ritme jantung yang berbahaya yang dapat menyebabkan kematian. Dengan demikian, henti jantung yang dialami Jackson pun bisa jadi akibat penggunaan antidepresan.

Bahaya Konsumsi Obat Penenang

Hampir sepanjang usianya, kisah hidup Jackson selalu menarik perhatian banyak orang. Sifat Jackson yang menutup diri sering dikaitkan dengan dugaan child abuse (perlakuan salah terhadap anak) yang dialaminya semasa kecil. Konsumsi berbagai obat, termasuk obat penenang keras Propofol yang ditemukan penyelidik kepolisian di kediaman Jackson, semakin memunculkan spekulasi soal masalah psikis yang kemungkinan dideritanya.

Yang kemudian patut kita pikirkan bersama adalah, seberapa efektif pengobatan konvensional yang selama ini diterapkan terhadap penanganan penyakit psikis? Seperti yang diketahui banyak orang, maharaja rock ‘n roll Elvis Presley yang juga pernah menjadi mertua Jackson meninggal akibat overdosis obat-obat penenang. Dan ini bukanlah satu-satunya kasus overdosis obat-obat penenang.

Menurut Dr. Kusnandar Anggadiredja M.Si, staf pengajar farmakologi di Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung yang menaruh perhatian terhadap kasus-kasus ketergantungan obat, pengamatan terhadap penggunaan beberapa obat penenang mengindikasikan adanya ketergantungan. “Bahkan ada kasus dimana penggunaan obat penenang selama seminggu telah memperlihatkan adanya ketergantungan, padahal dalam pengawasan dokter,” tutur Dr. Kusnandar.

Berkembangnya Metode Pengobatan Alternatif

Dr. Kusnandar juga mengungkapkan bahwa selain memperketat penggunaan obat-obat penenang, antisipasi terhadap masalah ketergantungan yang dapat bermuara pada overdosis dan kematian ini dapat dilakukan dengan keterbukaan terhadap metode-metode di luar kemoterapi dalam penanganan penyakit psikis. Artinya, dunia kedokteran patut membuka diri terhadap alternatif pengobatan penyakit psikis di luar penggunaan obat-obat kimia. Tentunya dengan tetap berhati-hati terhadap kemungkinan efek samping dari metode-metode tersebut.

“Saat ini muncul berbagai alternatif metode pengobatan untuk penyakit psikis, terutama di negara-negara maju. Salah satunya, metode penyinaran yang dilakukan di Jepang. Penyinaran ini tidak dilakukan di ruang gelap. Pasien duduk di suatu ruangan biasa, hanya saja penyinaran di ruangan tersebut menggunakan sinar tertentu,” ujar Dr. Kusnandar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar